Janganlah kau meninggalkan zikir (mengingat Allah) hanya
karena ketidakhadiran hatimu di hadapan Allah saat berzikir. Kelalaianmu dari
zikir kepada-Nya lebih buruk daripada kelalaianmu di saat berzikir kepada-Nya.
Semoga Allah berkenan mengangkatmu dari zikir yang disertai kelalaian menuju
zikir yang disertai kesadaran, dari zikir yang di sertai kesadaran menuju zikir
yang disertai hadirnya hati, dari zikir yang disertai hadirnya hati menuju
zikir yang mengabaikan selain yang diingat (Allah). “Dan yang demikian itu bagi
Allah tidaklah sukar.” (QS- Ibrahim :20)
Biasakan selalu berzikir karena zikir adalah jalan terdekat
menuju Allah dan tanda wujud kekuasaan-Nya. Siapa yang diberi kesempatan
berzikir berarti ia telah diberi sebagian kekuasan-Nya. Oleh karena itu, jangan
tinggalkan zikir. Jangan kau tinggalkan zikir lantaran merasa tidak bisa
berkonsentrasi saat zikir akibat terlalu disibukan dengan bisikan-bisikan setan
dan hal-hal duniawi. Kelalaianmu untuk berzikir kepada-Nya lebih buruk daripada
kelalaianmu saat berzikir. Karena meninggalkan zikir sama saja menjauhkan diri
dari Allah, baik secara hati maupun lisan. Berbeda halnya dengan lalai saat
berzikir, meski hatimu jauh dari-Nya, lisanmu tetap dekat dengan-Nya. Oleh
karena itu, kau tetap harus berzikir kepada Allah walaupun lalai saat zikir.
Semoga Allah menuntunmu dari zikir yang disertai kelalaian
menuju zikir yang disertai kesadaran dan konsentrasi. Dari zikir yang disertai
kesadaran hati menuju zikir yang mengantarkan hati masuk ke hadirat Ilahi,
sehingga kau merasa melihat-Nya saat berzikir dan tidak lalai dari-Nya. Dari
zikit yang disertai kehadiran hati, menuju zikir yang meniadakan segala hal
selain Allah, termasuk zikir itu sendiri, tanpa disadarinya, ia keluar dari
zikirnya. Pada saat itulah, Tuhannya akan menjadi lisa yang digunakannya untuk
berbicara. Saat bergerak pun, tangan Tuhannya lah yang bergerak. Saat
mendengar, Tuhannya yang menjadi pendengerannya.
Mungkin kondisi seperti itu tampak tidak masuk akal, tetapi
itu benar-benar terjadi. Kondisi seperti itu hanya bisa diketahui dan dirasakan
oleh para salik. Sekalipun demikian, para ulama sepakat untuk mempercayai dan
meyakininya. Oleh karena itu, jangan sekali-kali mendustakannya sehingga kau
akan binasa bersama orang-orang yang binasa.
Dalam hikmah ini, Ibnu Atha’illah juga melarang murid untuk
putus asa dan merasa tidak mungkin sampai pada maqam semacam itu. Maka dari itu
ia pun menyitir firman Allah, “ Dan yang demikian itu bagi Allah tidaklah
sukar.” (QS Ibrahim :20) karena Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Seorang
murid hanya wajib melaksanakan sebab-sebab, sedangkan hasilnya menjadi urusan
Allah.
No comments:
Post a Comment