Friday, October 2, 2015

Bisa jadi, perbuatan burukmu tampak baik dimatamu karena persahabatanmu dengan orang yang lebih buruk daripada dirimu.

Artinya, berteman dengan orang yang kualitas kebaikannya berada dibawahmu amat berbahaya karena bisa menyamarkan aib dan kekuranganmu. Akibatnya, kau akan selalu berbaik sangka terhadap dirimu sendiri. Kau bangga dengan amalmu dan merasa puas dengan kondisimu sehingga kau rela hati dan selalu melihat kebaikan-kebaikanmu. Itu adalah pangkal segala keburukan.

Boleh saja kau berteman dengan orang yang keadaanya tidak membuatmu bersemangat dan ucapannya tidak membimbingmu ke jalan Allah asalkan orang itu sederajat denganmu agar pertemananmu dengannya tidak membahayakanmu.

Disini Ibnu Atha’illah ingin menjelaskan bahwa pertemanan dengan orang-orang ’arif  terbagi menjadi dua ; pertemanan yang didasari keinginan dan pertemanan yang mengharap berkah.

Pertemanan yang didasari keinginan ialah pertemanan yang harus memenuhi syarat-syaratnya. Kesimpulannya, keberadaan seorang murid dengan syekh atau gurunya seperti seonggok mayat di tangan para pemandi mayat.


Adapun pertemanan untuk mengharap berkah ialah pertemanan yang tujuannya masuk ke satu kaum dan berpakaian dengan pakaian mereka, serta tunduk pada peraturan mereka. Di sini tidak perlu ada syarat-syarat pertemanan. Yang paling penting adalah bagaimana ia berpegang pada batasan-batasan syara’. Diharapkan dari pertemanannya dengan kaum itu, ia akan mendapatkan berkah mereka dan bisa sampai ke maqam yang telah mereka raih. 

No comments:

Post a Comment