Monday, October 12, 2015

Allah membuat orang-orang yang tengah menuju kepada-Nya (sa’irun) dan orang-orang yang telah sampai kepada-Nya (washilun) tidak mampu melihat amal dan keadaan (ahwal) mereka

Allah membuat orang-orang yang tengah menuju kepada-Nya (sa’irun) dan orang-orang yang telah sampai kepada-Nya (washilun) tidak mampu melihat amal dan keadaan (ahwal) mereka. Karena para sa’irun belum benar-benar ikhlas dalam amal mereka dan karena para washilun terlalu sibuk melihat Tuhan mereka.

Allah menghalangi pandangan para sa’irun dan washilun sehingga mereka tidak bisa melihat atau memerhatikan amal lahir dan ahwal hati mereka. Sekalipun sama-sama di halangi, penyebabnya berbeda.  Pandangan para sa’irun di halangi lantaran Allah melihat hati mereka kurang hadir di hadapan-Nya saat beramal. Sementara itu, pandangan para washilun dihalangi  lantaran mereka sibuk melihat Allah sehingga mereka tidak mampu melain selain dzat-Nya.

Allah telah memberikan karunia-Nya kepada dua kelompok itu. Dia membebaskan keduanya dari ketergantungan terhadap amal dan ahwal mereka. Akan tetapi, Allah memberikan karunia-Nya kepada para salik dengan terpaksa, sedangkan kepada sa’irun dengan sukarela. Tentu saja kedudukan kedua lebih tinggi daripada yang pertama.

Oleh sebab itu, al-Washiti bertanya kepada para sahabat Abu Utsman tentang apa gerangan yang diperintahkan oleh syekh mereka. Mereka menjawab, “ Ia memerintahkan kami untuk senantiasa taat dan melihat atau memerhatikan kekurangan di dalam ketaatan yang kami lakukan itu.”


Kemudian al-Washiti berkata,”Jika demikian, berarti dia telah memerintahkan kalian untuk mengamalkan ajaran-ajaran majusi. Maukah kau kuperintahkan untuk mengabaikan hal itu dan lebih melihat kepada sumber alirannya langsung?” maksudnya adalah agar mereka meninggikan tekad mereka menuju maqam orang-orang ‘arif, bukan merendahkan apa yang mereka alami karena itu juga termasuk kebaikan.

No comments:

Post a Comment