Dalam perjalanan
menuju Tuhannya, seorang salik harus memperbanyak amal untuk menekan
dorongan-dorongan nafsu syahwat sehingga ia bisa sampai kepada Allah. Di sisi
lain, seorang salik dituntut juga untuk ber-mujahadah dalam waktu lama. Namun
demikian, tidak menutup kemungkinan di sela-sela itu ia merasa malas melakukan
sebagian ibadah dan wirid yang diharuskan. Sehingga ia pun tergerak untuk
meninggalkan semuanya. Padahal, di saat yang sama, ia telah sampai pada satu
tahapan makrifatullah.
Oleh karena itu,
Ibnu Atha’illah menasihatinya bahwa jika Allah membukakan untuknya satu dari
sekian pintu makrifat seperti merasakan kehadiran dan pengawasan Allah atau
menyadari bahwa pelaku ibadah sesungguhnya adalah Allah dan menyadari dirinya
hanyalah objek penampakan perbuatan-Nya maka saat itu ia tidak perlu lagi
merasa heran dan bertanya-tanya mengapa itu bisa terjadi sementara amal yang
dilakukannya baru sedikit? Karena tujuan dari semua amal adalah untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Dibukakannya pintu makrifat adalah bukti bahwa
Allah mengasihi dan menyayanginya. Bisa jadi, seseorang sedikit melakukan amal
karena memang ia sedang sakit. Jika orang ini mendapatkan makrifat, misalnya
dengan mengetahui bahwa sakit baginya lebih baik ketimbang sehat dan bahwa
Allah Maha Melakukan apa yang dikehendaki-Nya, saat itu ia tidak perlu lagi
mempertanyakan sedikit amalnya.
Allah membukakan
untukmu pintu makrifat karena Dia ingin memperkenalkan Diri-Nya kepadamu,
memberimu karunia-Nya, mendekatimu, dan menampakan sifat-sifat dan asma’-Nya
untukmu. Tentu saja makrifat adalah karunia yang lebih besar dan agung untukmu
dibandingkan amalan-amalan lahirmu untuk-Nya. Hadiah dari seorang budak,
walaupun bernilai tinggi, tetap hina dan kecil dibandingkan hadiah dari seorang
tuan walaupun itu sedikit. Hadiah dari seorang budak manfaatnya hanya akan
dirasakan oleh dirinya sendiri, bukan tuannya.
Kesimpulannya,
amal ibadah yang sedikit namun diiringi makrifat lebih baik daripada amal
ibadah yang banyak tanpa makrifat. Jika seorang salik mendapatkan makrifat, ia
harus segera menghadapkan hatinya kepada Tuhannya agar karunia makrifat dari Tuhannya
itu ditambah. Ia juga harus lebih memedulikan
makrifat tersebut ketimbang amalan-amalan lahir yang dilakukannya. Oleh
sebab itu,amalan lahir para ’arif yang dilakukan di akhir usia mereka cenderung
menurun. Mereka selalu merindukan
masa-masa dahulu ketika mereka mendapat banyak cahaya karena banyaknya amal
yang mereka lakukan.
No comments:
Post a Comment