Saturday, October 17, 2015

Dua Macam Hamba Allah : Muqarrabin dan Abrar

Jangan kau pandang sebelah mata seorang hamba yang telah ditetapkan, dilanggengkan, dan di tolong Allah dalam melaksanakan berbagai wirid, hanya karena kau tidak melihat dalam dirinya tanda orang-orang ’arif atau kegenitan kaum pencinta Tuhan. Sebab, kalau tidak ada limpahan karunia dari Allah, tentu wirid dari orang itu tidak akan pernah ada.

”Ditolong” ialah dipalingkan dari kesibukan-kesibukan yang membuat hamba tersebut lupa melakukan wirid. Adapun makna ”dilanggengkan” di sini adalah dibuat terus melaksanakan wirid itu sepanjang zaman. Ini adalah sifat para zahid dan ’abid.

”tanda orang-orang ’arif” ialah karakter orang-orang ’arif yang meninggalkan ikhtiar dan tidak memedulikan nasib dan keinginan  diri mereka, serta selalu hadir di hadapan Allah. Adaun maksud ”kegenita para pencinta Tuhan” ialah bukti-bukti dan pengaruh cinta yang tampak pada diri orang-orang yang mencintai Allah (muhibbin). Jika sudah tertanam dalam hati, pengaruh cinta kepada Allah akan tampak pada seluruh anggota tubuh. Misalnya adalah sering berzikir dan mengingat-Nya, segera melaksanakan perintah-Nya dan mengabaikan selain-Nya. Ia selalu berusaha melayani-Nya, menikmati munajat kepada-Nya, dan lebih mengutamakan-Nya daripada selain-Nya.

Ibnu Atha’illah melarang untuk meremehkan orang semacam itu (yakni yang istikamah melakukan wirid, namun tidak terlihat pada dirinya tanda-tanda kaum ’arif dan pencinta Tuhan). Alasannya kalau tidak ada limpahan karunia dari Allah, tentu orang itu tidak akan melakukan wirid dan istikamah dalam berwirid.

”Wirid” bermakna segala amal ibadah yang dihasilkan dari upaya mujahadah seorang hamba, baik itu berupa shalat, puasa, zikir maupun ibadah lainnya. Dengan demikian, jika kau meremehkan orang seperti itu, itu artinya kau sudah berlaku tidak sopan terhadapnya.


Kesimpulannya, hamba-hamba Allah yang khusus (khawwash) terbagi menjadi dua golongan : muqarrabin dan abrar. Muqarrabin adalah orang-orang yang tidak memedulikan nasib dan keinginan diri mereka, serta lebih mengedepankan pelaksanaan hak-hak Allah sebagai bentuk penghambaan (’Ubudiyyah) kepada-Nya dalam mencari ridha-Nya. Mereka adalah kaum ’arif sekaligus muhibbin (pencinta Allah). Sementara itu, abrar ialah orang-orang yang dalam ibadah mereka masih memedulikan nasib dan keinginan diri. Mereka melaksanakan ibadah kepada Allah karena ingin mendapat surga dan selamat dari neraka. Sekalipun demikian, Allah tetap memberikan pertolongan-Nya kepada kedua golongan ini sesuai maqam mereka masing-masing.

No comments:

Post a Comment