Sebaik-baik waktumu adalah ketika kau menyadari betapa tergantungnya dirimu kepada Allah dan betapa hinanya dirimu.
Ini dianggap waktu terbaik karena pada waktu ini kau merasa hadir dengan Tuhanmu. Kaupalingkan pandanganmu dari segala media, sarana dan sebab-sebab yang membuatmu semakin jauh dari-Nya. Lain halnya ketika kau merasa kaya dan mulia, maka itu adalah waktu terburuk bagimu.
Dikisahkan dari ’Atha as-Silmi bahwa ia, selama tujuh hari, tidak mencicipi sedikitpun makanan dan tidak bisa melakukan apa-apa. Namun hatinya bahagia mengalami hal itu. Ia berkata,”Tuhanku, sekiranya Engkau tidak memberikan makan tiga hari lagi ke depan, aku akan shalat menyembahmu seribu rakaat.”
Diceritakan pula bahwa suatu malam, Fatah al-Mushili pulang kerumahnya. Ia Tidak mendapati hidangan makan malam, lampu penerang dan tidak pula kayu bakar. Ia tetap memuji Allah dengan mengucap alhamdulillah seraya beribadah kepada-Nya. Ia berdoa, ”Tuhanku, dengan sebab dan wasilah (perantara) apalagi agar engkau memperlakukanku seperti memperlakukan para wali-Mu?”
Demikian pula yang terjadi pada Fudhail bin Iyyadh. Ia berkata, ”Dengan amal apa lagi supaya aku layak mendapatkan hal ini dari-Mu agar aku terus mengalaminya?”
Banyak kejadian serupa yang terjadi pada orang-orang yang dekat dengan Allah. Oleh sebab itu, Ibnu Atha’illah berkata,”kebutuhan adalah hari raya para murid.”
No comments:
Post a Comment