Kesedihan seperti ini biasanya merupakan akibat
ketergantungan atas sesuatu yang tidak ada wujudnya. Inilah kesedihan semu yang
biasanya disertai dengan tangisan yang juga semu. Dalam pepatah
disebutkan,”Berapa banyak mata yang meneteskan air mata, tetapi hati tetap
keras.”
Orang yang bersedih semu itu akan merasa aman dari makar
Allah yang tersamar. Allah akan menahan apa yang berguna baginya dan memberi
apa yang membuatnya sedih dan menangis. Dengan begitu, ia menganggap baik
ahwalnya dan menganggap dirinya berguna. Adapun kesedihan yang tulus dan
sungguh-sungguh adalah yang mendorong kepada ketaatan dan diiringi dengan
tangisan yang benar. Ini adalah maqam para salik.
Abu Ali ad-Daqqaq yang selalu bersedih menututkan bahwa ia
meniti jalan Allah dalam sebulan seperti orang yang pernah menempuh jalan Allah
selama bertahun-bertahun.
No comments:
Post a Comment