Friday, September 4, 2015

Hati Tidak Mungkin Bersinar manakala keduniaan Menutupinya.


Bagaimana mungkin kalbu akan bersinar, sedangkan bayang-bayang dunia terpampang di cerminnya? Bagaimana mungkin akan pergi menyongsong Ilahi, sedangkan ia masih terbelenggu nafsunya? Bagaimana mungkin akan bertamu ke hadirat-Nya, sedangkan ia belum bersuci dari kotoran kelalainya? Bagaimana mungkin diharapkan dapat menyingkap berbagai rahasia, sedangkan ia belum bertobat dari kekeliruannya?

Bagaimana mungkin kalbu akan bersinar terang, sedangkan anasir keduniaan masih menyelimutinya dan dianggap bisa mendatangkan manfaat serta bahaya? Bahkan, anasir keduniaan itu begitu diandalkannya.

Jika hati masih terbelenggu nafsu, bagaimana mungkin bisa berjalan menuju Allah? Orang yang dibelenggu tentu tidak akan mampu berjalan. Bagaimana pula hati bisa melihat Allah, sedangkan ia masih belum suci dari junub kelalainnya?

Disini, Ibnu Atha'illah mengumpamakan kelalaian dengan junub. Dan seorang yang sedang junub tidak diperbolehkan memasuki masjid. Seperti itu pula orang yang dikuasai kelalaian, ia tidak akan diizikan menemui Allah.

Bagaimana mungkin hati akan mewarisi ilmu kaum 'arif, sedangkan ia belum bertobat dari kesalahan atau maksiat yang tidak disengaja dilakukannya?

Dalam hikmah di atas, Ibnu Atha'illah mengungkapkan kejanggalan yang dilihatnya. Menurutnya, bagaimana mungkin seseorang bisa meraih sesuatu yang diinginkannya, sedangkan ia masih melakukan hal-hal yang justru merintangi pencapaiannya. Hati yang bercahaya hanya dapat diraih dengan cahaya iman dan keyakinan, bukan dengan harta dan hal-hal yang bersifat duniawi. Keduniaan justru akan membuat hati menjadi gelap.

Perjalanan menuju Allah hanya bisa dilakukan dengan memutus belenggu nafsu dan syahwat, bukan dengan menuruti nafsu dan syahwat. Pertemuan dengan Allah hanya bisa terjadi bila hati telah suci. Hati yang masih belum suci atau masih dikotori oleh kelalaian akan menghalangi pertemuan dengan Allah. Kemampuan menguasai ilmu dan mengetahui detail-detail rahasia hanya bisa didapat melalui ketakwaan, bukan dengan keinginan yang besar untuk selalu melakukan maksiat.

Allah swt. berfirman, "Dan bertaqwalah kepada Allah,niscaya Allah akan mengajarimu dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS al-Baqarah :282)

Dalam sebuah khabar disebutkan, "Siapa yang beramal dengan ilmunya, maka Allah akan mewarisinya ilmu yang tidak diketahuinya."

Keempat hal diatas sebenarnya saling mempengaruhi satu sama lain. Tampilnya gambaran keduniaan di dalam cermin hati menjadi sebab terbelenggunya hati oleh syahwat. Keterbelangguan hati dapat menyebabkan kelalaian. Kelalaian menjadi sebab segala kekeliruan, dan kekeliruan menjadi sebab butanya hati.

No comments:

Post a Comment