Keluarkan lah dari dirimu sifat-sifat kemanusiaan yang
tercela dengan riyadhah dan mujahadah, baik itu yang lahir (seperti suka
melakukan gibah, mengadu domba, membunuh dan merampas) maupun yang batin
(seperti sombong, ujub, riya, sum’ah (ingin terkenal), dengki, gila kehormatan,
gila harta dan sebagainya).
Jauhkan dirimu dari sifat-sifat yang bertentangan dengan
predikat kehambaanmu agar kau mudah menjawab seruan Yang Haq. Ketika kau
berhasil mengeluarkan sifat-sifat tercelamu dan menyaksikan sifat-sifat baikmu
(seperti tawadhu’ karena Allah, khusyuk di hadapan-Nya, takut kepada-Nya dan
ikhlas menyembah-Nya), maka disaat datang seruan kepadamu,”Wahai hambaku!” kau
pun akan dengan mudahnya menjawab,”Labbaik, Tuhanku” Kau pun akan tulus dan ikhlas dalam menjawab seruan itu karena sifat-sifat
yang bertentangan dengan kehambaanmu itu telah hilang darimu. Kau pun akan
dekat dengan-Nya sehingga Dia akan menjagamu dari dosa (mahfuzh) dan memudahkan
segala amalmu yang kelak akan kau nikmati hasilnya.
Ada perbedaan makna antara mahfuzh (terjaga dari dosa)
dengan lafal ma’shum (terlindung dari dosa). Bedanya adalah ma’shum sama sekali
tidak pernah menyentuh dosa, sedangkan mahfuzh terkadang melakukan kesalahan
dan kekeliruan, tetapi tidak selamanya demikian. Saat keliru, seorang yang mahfuzh
akan langsung bertobat.
Ketahuilah, di mata ahli tarekat, menjauhi sifat buruk dan
memiliki sifat mulia merupakan hakekat dan tujuan dari suluk. Hal itu tidak
akan bisa diraih, kecuali oleh orang yang
diberi taufik dan bimbingan Allah untuk mengenalinya dirinya sendiri dan
mengetahui sifat-sifat buruknya. Karena siapa yang sudah mengenali dirinya dan
sifat-sifat buruknya, ia akan waspada dan berusaha menghindari sifat-sifat
buruknya. Jika tidak demikian, secara tidak disadarinya, ia akan terjerumus ke
dalam hal-hal yang di benci Tuhannya.
No comments:
Post a Comment