Betapa jauh
bedanya antara yang berdalil bahwa adanya Allah menunjukan adanya alam dan
orang yang berdalil bahwa adanya alam menunjukkan adanya Allah. Orang yang
menyatakan ”Adanya Allah menunjukan adanya alam” adalah orang yang telah
mengenal al-Haqq (Allah) dengan kepatutan-Nya. Karena itulah, ia menetapkan
keberadaan alam ini dari keberadaan pangkal (Dzat) yang membuatnya ada.
Sementara itu, yang berdalil ”Adanya alam menunjukan adanya Allah” adalah orang
yang belum sampai kepada-Nya. Sebab, sejak kapan Allah itu gaib sehingga Dia
harus dibuktikan dengan wujud alam dan kapan Allah itu jatuh sehingga semesta
ini harus menjadi pengantar menuju-Nya?
Orang-orang yang
dekat kepada Allah ada dua golongan, yaitu murad (yang dikehendaki Allah) atau
majdzub (yang ditarik Allah untuk didekatkan kepada-Nya) dan murid (yang
menghendaki Allah) atau salik (yang meniti jalan menuju Allah). Para murad atau
majdzub adalah ahli syuhud.
Adapun para murid
dan salik, perjalanan mereka menuju Tuhan masih terhalang akibat pandangan
mereka terhadap dunia dan alam semesta. Di mata mereka, semesta teramat lahir,
sedangkan Allah itu gaib. Mereka tidak
melihat-Nya, karena itu mereka berdalil bahwa wujud alam semesta ini membuktiakn
wujud Allah.
Sementara itu,
para murad atau majdzub, mereka langsung didekati Allah dengan Wajah-Nya Yang
Mulia. Allah akan mengenalkan Diri-Nya kepada mereka. Karena itu, mereka pun
akan mengenali-Nya. Semua makhluk dan alam semesta akan hilang dari pandangan
mereka karena mereka berdalil bahwa wujud Allah adalah bukti dari wujud
semesta. Mereka itulah kaum ’arif. Mereka termasuk orang-orang yang didekatkan
Allah kepada-Nya.
Namun, karena
sikap istiqoma mereka terhadap kondisi mereka, tanda di dekatkannya mereka
kepada Allah (jadzab) tidak tampak pada diri merek. Oleh sebab itu, ada yang
mengatakan, ”Akhir perjalanan seorang salik adalah awal perjalanan seorang
majdzub.”
Manusia yang
paling kuat jadzab nya adalah para nabi dan rosul. Inilah perbedaan antara
kedua kelompok tersebut.
Orang yang
menggunakan Allah sebagai dalil wujud alam akan mengenal Allah sebagai wujud
yang wajib. Dengan kata lain, wujud itu milik Allah semata. Adapun benda-benda
yang hadits (baru), aslinya tidak berwujud. Oleh karena itu, mereka menetapkan
bahwa semua yang hadits berasal dari wujud asal, yaitu Allah swt. Mereka menganggap bahwa wujud makhluk berwujud dari
wujud Khalik yang tampak pada diri makhluk. Jika tidak, makhluk itu tidak akan
ada. Demikian menurut pandangan ahli syuhud.
Berbeda halmya
dengan yang menggunakan alam untuk membuktikan wujud Allah. Ia menggunakan
sesuatu yang tidak diketahui (majhul) sebagai dalil untuk membuktikan perkara
yang sudah diketahui (ma’lum), menggunakan ketiadaan (’adam) perkara untuk membuktikan
keberadaan (wujud), atau menggunakan perkarayang tersembunyi (khafiy) untuk
membuktikan hal yang lahir dan nyata. Hal itu dikarenakan adanya hijab pada
diri orang tersebut sehingga ia lebih suka menelusuri sebab-sebab daripada
mencari Sang Pembuat Sebab.
Sejak kapan Allah
gaib sehingga Dia harus dibuktikan dengan sesuatu yang hadir? Sejak kapan Allah
jauh sehingga alam semesta ini yang akan mendekatkan kita kepada-Nya, padahal
alam semesta ini tadinya tidak berwujud? Demikian pertanyaan yang diajukan para
ahli syuhud.
Sementara itu,
orang-orang mahjub (yang terhalang dari-Nya) menjadikan alam semesta sebagai
wujud Allah. Mereka terbagi ke dalam dua golongan, yaitu kamu awam dan para
salik belum mencapai maqam ahli syuhud.
No comments:
Post a Comment