Wednesday, September 23, 2015

Pangkal Setiap Kelalaian dan Maksiat adalah Merasa Puas Diri

Pangkal segala maksiat, kelalaian dan syhawat adalah sikap puas terhadap keadaan diri sendiri. Pangkal segala ketaatan, kesadaran dan kesucian adalah sikap tidak puas dengan keadaan diri sendiri.

Maksiat berarti menentang semua perintah dan larangan Allah. Kelalaian berarti hati tidak waspada dan tidak  sadar tentang kehadiran Allah. Adapun syahwat berarti ketergantungan terhadap sesuatu yang menyibukan diri dan membuat lupa dari Allah swt.

Menurut orang-orang ‘arif, sebab dari segala maksiat adalah sikap puas terhadap keadaan diri sendiri. Sikap tersebut akan selalu mendorong seseorang berusaha menutup-nutupi aib dan kesalahannya sehingga yang buruk akan dijadikannya baik. Siapa yang puas dengan keadaan dirinya akan menganggap baik semua kondisi pribadinya dan merasa nyaman dengan semua kondisi itu. Siapa yang menganggap baik semua kondisi pribadinya akan lalai mengendalikan bisikan-bisikan syahwatnya. Akibatnya, ia dikuasai oleh syahwat. Siapa yang di kuasai oleh syahwat, tentu akan mudah terjerumus pada maksiat.

Adapun ketaatan berarti melaksanakan segala perintah dan larangan Allah. Kesadaran berarti perasaan tentang kehadiran Tuhan dan hal-hal yang diridahi-Nya. Kesucian berarti ketinggian tekad dan kebersihannya dari syahwat.

Pangkal dari segala ketaatan dan kesadaran adalah sikap tidak puas dengan keadaan diri sendiri. Jika seseorang tidak puas dengan keadaan dirinya sendiri, ia tidak akan menganggap baik semua kondisinya dan tidak akan tenang dengan semua itu. Barang siapa memiliki sifat seperti ini maka ia akan selalu sadar dan waspada terhadap segala yang datang dan menyerang.

Dengan sikap waspada dan sadar ini, ia dapat menyelidiki dan mendekati secara dini bisikan-bisikan hatinya.  Saat itu, api syahwat-syahwatnya akan padam sehingga tidak bisa menguasai dirinya. Buahnya, ia akan menjadi suci. Dengan demikian, ia akan menjauhi semua larangan Allah dan menaati semua perintah-Nya. Itulah makna taat kepada Allah.


Sikap puas terhadap keadaan diri sendiri adalah sikap orang-orang yang mempelajari ilmu lahir yang tidak mau mengakui aib diri sendiri. Oleh karena itu, Ibnu Atha’illah melarang kita untuk berteman dengan orang-orang semacam itu.

No comments:

Post a Comment