Bagaimana bisa Tuhan terhalang sesuatu, Padahal Dia
yang menampakan segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu,
padahal Dia tampak bersama segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang
sesuatu, padahal Dia tampak pada segala sesuatu? Bagaimana bisa Tuhan terhalang
sesuatu, padahal Dia tampak untuk segala sesuatu? Bagaimana mungkin terhalang
sesuatu, padahal dia tampak sebelum keberadaan segala sesuatu? Bagaimana
mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia lebih tampak daripada segala
sesuatu? Bagaimana mungkin terhalang sesuatu, padahal Dia Esa tanpa ada yang
bersama-Nya? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu, padahal Dia lebih dekat
kepadamu dari segala sesuatu? Bagaimana mungkin Tuhan terhalang sesuatu padahal
jika bukan karena Dia, wujud segala sesuatu tidak akan ada? Sungguh aneh,
Bagaimana mungkin keberadaan (wujud) bisa tampak dalam ketiadaan (’adam)? Atau,
bagaimana bisa sesuatu yang baru bersanding dengan Yang Maha Dahulu?
Allah menampakan
segala sesuatu dengan cahaya wujud dari gelapnya ketiadaan. Dengan kemunculan cahaya-Nya
dalam segala sesuatu, semuanya menjadi tampak. Jika wujud segala sesuatu
bergantung pada cahaya-Nya, mustahil sesuatu itu menutupi-Nya sehingga
membuat-Nya terselubung dan tidak tampak. Tindakan ”menampakan” meniscayakan
penampakan Dzat yang melakukannya. Allah lah yang menampakan segala sesuatu
agar orang-orang yang berakal menjadikannya sebagai bukti keberadaan-Nya.
Allah swt.
Berfirman,”Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasan) Kami
di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka
bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu)
bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (QS fushilat : 53)
Menurut ahli
syuhud, Allah tampak pada segala sesuatu dengan penampakan Dzat-Nya. Sementara
itu, menurut ahli hijab, Dia tampak pada segala sesuatu dengan penampakan sifat
dan asma-Nya. Segala sesuatu hanyalah objek penampakan dari makna-makna asma
dan sifat-Nya. Pada benda atau orang yang mulia, tampaklah sifat Mahamulia
(’aziz) milik-Nya dan pada benda atau orang yang hina, terlihatlah sifat Maha
Menghinakan (mudhil) milik-Nya.
Pada setiap
makhluk hidup tampak jelas sifat Maha Menghidupkan (muhyi) milik-Nya. Saat
Allah mencabut nyawa, tampaklah sifat Maha Mematikan (mumit). Saat memberi,
terlihatlah sifat Maha Memberi (mu’thi). Saat menahan pemberian, terlihat sifat
Maha Menahan (mani’). Saat Memberi
karunia, tampak sifat Maha Memberi Karunia (karim). Saat mengabulkan doa,
tampak sifat Maha Pengabul Doa (mujib). Saat menimpakan bahaya atau
mendatangkan manfaat, tampaklah sifat Maha Pemberi Bahaya (dharr) dan Maha
Pemberi Manfaat (nafi’) dan sebagainya.
Bagaimana bisa
Allah terhalangi sesuatu, padahal Dia muncul atau tampak pada segala sesuatu
sehingga bisa dikenali. Karena itulah, seluruh semesta alam bersujud dan
bertasbih kepada-Nya, tetapi kita tidak mendengar dan memahami tasbih mereka.
Semua makhluk di alam ini, baik yang bernyawa maupun yang tidak, mengenali
Allah, namun itu bergantung pada kadar penampakan Allah sesuai kadar penampakan
Allah yang dilihatnya. Jika ada makhluk yang tidak mengagungkan Allah sesuai
kadar keagungan-Nya, maka hal itu disebabkan oleh lemahnya makrifat
(pengenalan) tentang-Nya, bukan karena ketiadaan makrifat sama sekali...
Bagaimana mungkin
Tuhan terhalangi sesuatu, sedangkan Dia Zhahir sebelum wujud segala sesuatu?
Karena asma-Nya sudah tampak sejak azali. Kemunculan Allah sendiri sudah
merupakan sifat asli-Nya (zhahir), tidak didapat dari luar, tidak beralasan, dan
tidak diserap dari mana saja. Sementara itu, kemunculan alam semesta adalah
akibat kemunculan Allah disana dengan zhahir-Nya. Jika demikian, bagaimana
mungkin semesta dapat menghalangi-Nya ?
Bagaimana bisa
Allah terhalangi sesuatu, padahal Dia lebih tampak daripada segala sesuatu?
Karena dalam setiap kondisi, wujud (keberadaan) lebih tampak daripada ’adam
(ketiadaan), juga karena kemunculan substansial lebih kuat daripada kemunculan
aksidental. Kemunculan yang bersumber dari diri sendiri lebih kuat daripada
kemunculan yang diakibatkan faktor luar. Kemunculan mutlak lebih kuat daripada
kemunculan relatif. Kemunculan yang abadi lebih kuat daripada kemunculan yang
fana.
Wujud Tuhan tidak
diketahui akal karena kemunculan-Nya amat dahsyat. Kemunculan dahsyat itu tak
akan bisa diketahui oleh orang-orang lemah. Seperti halnya seekor kelelawar
yang hanya mampu melihat di kegelapan malam, sedangkan di siang hari ia tidak
mampu melihat apa-apa. Hal itu dikarenakan kuatnya kemunculan siang. Sementara
itu, penglihatan mata kelelawar amat lemah. Ia tak sanggup melawan pancaran
cahaya matahari. Kuatnya kemunculan siang dan lemahnya penglihatan itulah yang
menjadi sebab kelelawar tak mampu melihat di siang hari.
Seperti itulah
akal, ia akan lemah di hadapan kemunculan Ilahi yang sinar dan cahaya-Nya
menyilaukan. Kuatnya kemunculan Ilahi inilah yang menjadi sebab
ketersembunyian-Nya dari segala sesuatu.
Bagaimana mungkin
sesuatu akan menghalangi Allah, padahal Dia Yang Esa dan tak ada sesuatu pun
yang bersama-Nya? Karena segala sesuatu selain Allah tidak ada dan tidak
berwujud. Dengan demikian, tak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi-Nya
karena semua wujud hakiki hanya milik Allah, bukan milik selain-Nya.
Bagaimana mungkin
Allah terhalangi sesuatu, padahal Dia lebih dekat kepadamu dari segala sesuatu?
Karena Dia mampu meliputi dan mengaturmu. Allah swt. Berfirman, ” Dan kami
lebih dekat daripada urat lehernya.” (QS Qaf :56)
Menurut ahli
syuhu. Dzat Allah amat dekat kepada kita. Adapun menurut ahli hijab, Tuhan
dekat kepada kita dalam pengertian dekat ilmu, kekuasaan, dan sifat-sifat-Nya
yang lain.
Bagaiman bisa
Allah terhalangi sesuatu, padhal tanpa Dia, segala sesuatu tidak akan ada?
Sampai-sampai para musyahidun (yang merasa menyaksikan Allah) menjadikan Allah
sebagai dalil untuk membuktikan keberadaan segala sesuatu.
Allah swt.
Berfirman, ”Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia
menyaksikan segala sesuatu?” (QS. Fushshilat :53)
Sungguh aneh,
bagaimana mungkin wujud (keberadaan) tidak tampak selain ’adam (ketiadaaan)?
’Adam adalah kegelapan, sedangkan wujud adalah cahaya. Keduanya mudah
dibedakan.
Bagaimana bisa
sesuatu yang baru (hadits) bersanding dengan Yang Maha Dahulu (qadim)?
Bagaimana mungkin sesuatu yang baru muncul bersamaan dengan yang memiliki sifat
qidam. Yang baru itu bathil, sedangkan Allah itu Haq (Maha Benar). Kebatilan
akan sirna dengan adanya kebenaran.
Allah swt.
Berfirman, ”Dan katakanlah. ’Yang benar telah datang dan yang batil telah
lenyap,’ Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS. Al
Isra :18)
Sosok yang lahir
(tampak) dan tsabit (tetap) itulah Tuhan Yang Maha Haq, Allah swt., bukan alam
semesta. Tak ada yang berwujud, kecuali Allah karena Dia yang nampak dan
menampakan, yang maujud dan berbeda dari segala penampakan lainnya.
Pertanyaan-pertanyaan
yang bernada keheranan dalam hikmah ini pasti akan diajukan oleh mereka yang
pernah merasakan pengalaman syuhud. Oleh karena itu, semakin kuat pengalaman
syuhud yang dirasakan seseorang maka semakin sinarlah alam semesta ini dari
pandangannya.